Jumat, 15 Januari 2010

Novel : Tiada Salah Dengan Cinta (Synopsis)


Novel : Tiada Salah Dengan Cinta (Synopsis)


Ryan sosok manusia yang dianugerahi Allah sebuah qalbu yang apabila di ilustrasikan bagai sebuah electric guitar lengkap dengan sound system-nya, alunan nada-nada qalbunya bergema dan menghasilkan rangkaian harmonisasi, melantun indah agar didengar oleh semua orang, yang apabila dikonversi menjadi bait syair : “Hai kalian ketahuilah bahwa aku adalah seorang ikhwan, seorang yang berusaha untuk menjadi mukmin, seorang yang memiliki cita-cita kematian yang tak kalah tingginya yakni menjadi syuhada” , namun sayang.. sekalipun volume sound-nya telah maksimal, akan tetapi hanya sayup-sayup terdengar ditelinga manusia, disebabkan peredam suara yang terlalu tebal dan baik, yakni tampilan luarnya. Tampilan luar Ryan betul-betul ampuh untuk menjadi peredam suara yang menghalangi suara qalbunya didengar nyaring di telinga manusia. Tampilan luarnya membuat dia harus rela divonis oleh hakim manusia sebagai “orang biasa”.


Bisa saja pikirnya untuk mengubah tampilan luarnya layaknya ikhwan kebanyakan, agar orang-orang tahu kapasitas dirinya, namun dia tidak sanggup menerima konsekuensinya yakni : mengganti qalbunya yang selama ini di ilustrasikan bagai sebuah electric guitar menjadi qalbu yang di ilustrasikan bagai sebuah gambus, hal ini tak pas baginya, tidak matching dengan ruangan jiwanya yang telah terlanjur terpampang foto-foto Steve Vai, Joe Satriani, John Petrucci, Eric Johnson bahkan Eric Clapton untuk digantikan foto-foto Hadad Alwi & Sulis, Opick, atau bahkan nasyid yang sedang digandrungi saat ini seperti Raihan atau Edcoustic, sehingga doanya kepada Allah agar diberikan kekasih hati seorang istri yang memiliki kepekaan mata & telinga qalbu yang sensitif, untuk dapat melihat layak tidaknya sebuah gitar tidak hanya pada casing luarnya saja, seperti Ibanez Jam butut milik Steve Vai, yang selalu digunakannya disetiap konsernya, sekalipun butut tetap menjadi andalan baginya, kemudian telinga qalbu untuk mendengar dan membedakan secara detil mana nada-nada qalbu yang sumbang mana yang tidak, mana senar gitar yang masih bagus atau telah “mati” untuk segera diganti.

Sedangkan Ira adalah sosok wanita yang apabila manusia ingin membicarakan tentang kecantikan, sementara ukuran kecantikan yang dimaksud adalah fisik belaka, maka tidak berlaku ungkapan : “Sesungguhnya kecantikan itu relatif bagi setiap orang”, karena dari 10 orang yang ditanya untuk menilai fisik Ira, pasti semuanya memiliki jawaban yang seragam yaitu “Ira adalah wanita yang cantik”, namun apabila definisi kecantikan ditarik lebih dalam, tidak pada ukuran fisik belaka, Ira-pun tetap menempati klasifikasi yang baik.


Lalu kemudian Ira memiliki seorang ayah, pemimpin sebuah organisasi rahasia yang dengan tekad baja melalui organisasi yang dipimpinnya ber’azzam untuk memiliki saham atau andil besar dalam proses transisi yang membawa umat Islam dari zaman muluk jabariayah menuju kembali kepada zaman khalifah, yang dia yakini tidak akan lama lagi terjadi, dengan melihat situasi dunia akhir-akhir ini.

Bagaimanakah kisah mereka, dengan jalan apakah Allah mempertemukan mereka? Silahkan membaca novelnya.


Ttd


Erjie...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar