Selasa, 12 Januari 2010

Cerpen : Pengen Kayak Bon Jovi (Rocker yang Sayang Istri)


Cerpen : Pengen Kayak Bon Jovi (Rocker yang Sayang Istri)
Oleh : Erjie Al-Batamiy


Suga Keanberhm sedang melihat-lihat etalase berisi bermacam-macam jenis senar gitar. Ada merek Ernieball, Fender sampai Pyramid. Sebulan belakangan Suga Keanberhm telah disibukkan dengan urusan renovasi rumah. Maklum dia dan istrinya yakni Nova Ang baru saja pindah rumah. Rumah tersebut termasuk murah, karena murah konsekuensinya banyak bagian dari rumah yang harus diperbaiki sana sini. Budget mereka terbatas karena masih tergolong pengantin baru. Kesibukan merenovasi rumah telah membuat Suga Keanberhm lupa merawat gitar kesayangannya yaitu Flying X 730 Masta Series.

Senar-senar gitarnya pada berkarat dan secepatnya harus diganti. Sayang bila gitar custom khusus untuk musik rock tersebut harus terabaikan karena harganya cukup mahal. Dipesan langsung dari Mynul Hakeem Co Ltd, sebuah perusahaan gitar ternama di Amerika Serikat yang khusus memproduksi gitar custom berkualitas. Kebetulan pemilik perusahaan tersebut teman Suga, yakni seorang muslim keturunan Afro-Amerika, Mike Pakonjo Hakeem. Pakonjo merupakan nama marga keturunan Zaire sedang Hakeem adalah nama islamnya.

“Yang mana ya jadi bingung..” Suga masih memilih senar yang akan dibelinya. “Yang ini saja merek Ernieball, sesekali mau nyobain pake yang ini. Satu setnya berapa ?” Suga menanyakan pada pelayan toko alat musik tersebut.

“Ini harganya 100 kron” jawab pelayan toko.

lumayan mahal, tapi tak mengapa, itung-itung percobaan

“Saya beli satu set” Suga tetap ingin membeli senar tersebut.

Pelayanan toko langsung mengambil satu set senar gitar baru dari etalase yang ada didepannya. Membungkusnya, kemudian memencet tombol-tombol alat kasir. Barang diserahkan uang diberikan.

Cuaca kota Stockholm siang itu cukup dingin. Suga tidak terlalu terpengaruh. Pakaiannya cukup tebal dan fisiknya telah terbiasa akan iklim demikian sebab dia lahir dan besar dikota tersebut. Sejak lahir dia telah menjadi warga negara Swedia dan memperistri seorang gadis bernama Nova Ang kira-kira setengah tahun yang lalu. Nova Ang merupakan gadis yang kini telah berwarga negara Swedia. Blesteran Kashmir dan Uighur. Ayahnya seorang militan kashmir sedang ibunya seorang muslimah asal xinjiang.

Suga Keanberhm telah menjadi muslim sejak lahir, beruntung orang tuanya telah menjadi seorang muallaf sebelum Suga lahir. Suga bertemu dengan Nova Ang ketika mereka sama-sama berada didalam satu forum yakni sesama aktivis United Nations World Food Programme (UNWFP) atau lembaga pangan dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Nova yang kala itu merupakan seorang aktivis sekaligus berprofesi sebagai seorang akuntan spesialisasi lembaga keuangan syariah berkenalan dengan Suga yang saat itu tengah mengisi acara musik untuk menghibur anak-anak benua Afrika yang tengah dilanda oleh tragedi kemanusiaan yaitu kelaparan. Suga seorang musisi muslim. Keislaman-nya yang notabene pemuda eropa mampu mencuri perhatian Nova yang berasal dari asia. Berawal dari lirikan kemudian menuju pada ketertarikan dan akhirnya pernikahan. Nova sangat surprise saat mengetahui bahwa Suga disamping seorang rocker juga seorang dai. Nova tidak keberatan malahan senang sekaligus bangga.

***
Suga tengah menuju cafĂ© untuk mengobrol sambil meminum segelas susu coklat hangat. Disana dia telah ditunggu oleh Mika Portnov, pemain mussete grup band “Back Yard”.

“Hello Mika. Sudah lama menunggu?”

“Belum terlalu. Aku juga baru sampai”

“Gimana dengan pertunjukan band mu nanti malam?”

“Ya tentu saja jadi. Oh ya katanya bandmu “Smile Lee Cathy” tengah break, karena tengah fokus buat jalanin puasa ramadhan. Jadi kegiatanmu apa sekarang?”

“Seperti biasa. Berdakwah, mengisi pengajian sana sini, menambah waktu belajar baik al-qur’an, hadits maupun fiqh”

“Gimana perkembangan dakwahmu?”

“Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik. Mereka yang kudakwahi mulai bisa menerima aku dan gaya dakwahku. Ahh..” Suga menghela nafas. “Masih membekas kenangan saat aku pertama kali berdakwah, mereka meremehkan aku, karena predikatku seorang rocker seolah bisa digeneralir oleh stigma mereka bahwa semua rocker sama, tapi itu sudah biasa” Suga tersenyum.

Mika dan Suga mengobrol lumayan lama. Mereka membahas banyak masalah, dari mulai masalah musik, dakwah, keluarga hingga masalah politik. Hari merayap perlahan menuju senja. Mereka sepakat untuk mengakhiri jumpa mereka, pulang ke rumah masing-masing, berkumpul bersama keluarga.

Sesampai dirumah Suga melihat istrinya, Nova tengah murung. Dia husnu dzan mungkin istrinya ada masalah dikantor. Terlebih saat ini istrinya sedang kedatangan tamu bulanannya, jadi rada sensitif. Suga hanya memberi salam, dan belum mau menanyakan ada apa. Jika Nova tetap diam maka Suga baru akan menanyakan perihal murungnya ba’da tarawih kelak. Sekarang Suga diam saja, khawatir salah tanya, malah membuat istrinya yang saat ini tengah sensitif marah tak menentu.

Ba’da tarawih telah menghampiri. Suga baru saja pulang sholat tarawih dari masjid Stockholm. Masjid yang diarsiteki oleh Ferdinand Boberg dan berada tepat di jantung kota. Menjadi kebanggaan bukan saja bagi umat muslim, melainkan bagi penduduk kota.

Suga melihat istrinya sedang menonton televisi. Nova sedang menonton acara discovery channel. Wajahnya tetap murung. Suga mendatangi Nova. Dia duduk disamping Nova, tanpa berkata-kata Suga coba merangkul istrinya, Nova mempersilahkan, namun wajahnya tetap murung tak ada senyum yang mengiringi.

Tak ada sama sekali timbul dibenak Suga perasaan tidak nyaman dan menjauhi istrinya, meski Nova saat ini sedang datang bulan. Dia berusaha berinteraksi dengan istrinya secara makruf. Suga berharap rangkulannya mampu mencairkan kebekuan pada rona wajah sang istri.

“Istriku sayang ada apa nih.. kok dari tadi murung terus?” Suga menyapa lembut istrinya. Nova hanya menggeleng manja. Timbul berbagai tafsir dibenak Suga atas gelengan tersebut. Apakah Nova ingin mengatakan tidak ada apa-apa sedang dia lagi bad mood saja atau memang tak ingin menceritakan.

Suga kembali diam. Istrinya berwenang untuk mau atau tidak menjawab pertanyaannya. Suga dituntut sabar saat ini, Suga tahu bukan dia yang menjadi “tersangka” atas murungnya Nova, tapi reaksi Nova seolah Suga pelakunya.

Sebelumnya Suga dan Nova telah terikat pada komitmen bersama. Dalam rangka memperkuat mitsaqan ghalizha diantara mereka, Suga dan Nova sepakat agar seiring dengan berjalannya waktu, mereka harus terus dan terus belajar untuk bisa saling mengerti. Memahami kekurangan dan kelebihan pasangan. Tabiat, kecendrungan dan hal lainnya. Salah satunya ialah kesepakatan untuk saling mengalah. Tatkala Suga sedang emosi atau labil, tak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah, untuk saat itu Nova harus mengalah, sekalipun berada diposisi yang benar. Begitu juga sebaliknya. Setelah badai emosi reda, barulah dibicarakan dari hati ke hati atas apa yang terjadi.

Sebagai seorang istri dalam mengingatkan Suga, Nova selalu santun menyampaikannya dan dengan bahasa yang lembut, sehingga Suga tidak pernah merasa digurui. Disitulah letak kecerdasan Nova dalam menjaga wibawa suami sekaligus qawwamnya. Tak berbeda dengan Suga apabila dia ingin menegur Nova, tidak ber-emosi ria. Suga takut kufur akan nikmat Allah SWT yang telah menolong dirinya dengan menganugerahi seorang isteri sholehah. Kemakrufan mereka junjung tinggi dan penjagaan ritme komunikasi menjadi menu setiap hari.

...DISITULAH LETAK KECERDASAN NOVA DALAM MENJAGA WIBAWA SUAMI SEKALIGUS QAWWAMNYA...

...SUGA TAKUT KUFUR AKAN NIKMAT ALLAH SWT YANG TELAH MENOLONG DIRINYA DENGAN MENGANUGERAHI SEORANG ISTERI SHOLEHAH...

...KEMAKRUFAN MEREKA JUNJUNG TINGGI DAN PENJAGAAN RITME KOMUNIKASI MENJADI MENU SETIAP HARI...

Tiba-tiba Nova semakin mendekap Suga. Merebahkan badan dan kepalanya di dada Suga. Pertama-tama volume yang terdengar cukup kecil, tapi lama-kelamaan semakin membesar. Semula hanya isak tangis saja, berubah pilu menjadi tangisan. Baju sholat yang belum sempat diganti oleh Suga terbasahi oleh air mata kekasih hatinya. Nova menangis cukup deras, namun dia malu menampakan wajah tangisnya ke hadapan Suga. Jadilah wajah tersebut selalu menutup di dada Suga. Suga bertanya-tanya dan ikutan sedih. Suga mengerti pasti ada sesuatu.
“Yang.. kok jadi nangis..?” Suga kembali bertanya, sedang Nova masih “asyik” dengan tangisannya.

Suga berinisiatif meraih jemari Nova. Jemari dan telapak tangan tersebut terasa basah oleh keringat. Perlahan Suga menggenggamnya, genggaman tersebut dibalas oleh Nova. Saat itulah Nova merasa sedikit kuat. Terasa deras runtuhan salju hatinya, kini sedikit tertopangi oleh sandaran hatinya, sang suami tercinta.

Setelah memiliki sedikit kekuatan, Nova bermaksud menyampaikan uneg-uneg batin pada pangeran hatinya.

“Suamiku.. tadi sore diriku mengikuti pengajian khusus karyawati muslimah dikantor.. tanpa sengaja usai dari pengajian tersebut diriku mendengar bawahanku sedang berdiskusi, penasaran lalu kudekati mereka. Sebelum sampai untuk menyapa kuhentikan langkah kakiku, tahukah suamiku apa yang membuat langkah kakiku terhenti? Ternyata mereka sedang membicarakan kita suamiku.. tak ingin mengusik mereka dengan kehadiranku dan membuat mereka menghentikan pembicaraan tersebut, lantas dari balik dinding ku coba mendengar diam-diam. Rupanya dirimu wahai suamiku, lelaki yang sangat kuhormati dan kukagumi sedang menjadi bahan olokan mereka. Tak sadarkah mereka bahwa sekarang bulan ramadhan, dan sungguh keterlaluan perilaku mereka yang tetap meng-ghibah, dan yang menjadi bahan ghibah mereka adalah atasannya sendiri. Sungguh diriku sangat malu, harga diriku sebagai seorang atasan seolah hilang”

Suga hanya menyimpul senyum. Batinnya bergumam bahwa ini hanya merupakan varian lain dari tantangan dakwah yang harus dia jalani. Fitnah, fitnah dan fitnah menjadi “teman akrabnya”. Dia mungkin saja kuat menerima paradigma negatif masyarakat sekitar atas dirinya, tapi untuk istrinya dia khawatir Nova tak kuat. Semakin dia menambah yakin akan firman Allah SWT, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Q.S Al-Anfal : 28)

“Apa yang mereka bicarakan?” Suga coba mengklarifikasi.

“Mereka katakan bahwa kegiatanmu untuk berdakwah merupakan sensasi belaka. Bagaimana mungkin seorang rocker mampu menjalani aktivitas lain sebagai seorang dai. Disatu sisi sebagai seorang dai berusaha untuk mengingatkan manusia kepada Allah SWT, sementara disisi lain berprofesi sebagai rocker sudah pasti membuat pelakunya lalai dari mengingat Allah SWT, yang diingatnya tentu saja cuma musik. Mereka menyamakan dirimu dengan artis-artis lainnya yang hanya menjadikan musik religi sebagai komoditas belaka. Mungkin masih relevan seandainya saja musik yang diusung bergenre nasyid”

Suga sempat tertawa kecil mendengar penjelasan terakhir istrinya mengenai nasyid. Dia mempersilahkan Nova untuk menyelesaikan seluruh uneg-unegnya.

“Melihat keseharianmu wahai suamiku, mereka prihatin, penampilanmu yang sering hanya mengenakan celana jeans dan t-shirt sungguh-sungguh tidak mencerminkan akhlak seorang dai, ditambah lagi dengan musik kegemaranmu yakni musik rock, mereka mengklaim bahwa dirimu pastilah orang yang kasar dan berhati keras bagaikan batu”

Suga meng-anggukkan kepalanya. Genggaman tangannya tidak dia lepaskan dari jemari Nova. Suga ingin bidadarinya tetap tenang, sebab Suga paham Nova saat ini tengah rapuh.

“Lalu apa yang membuatmu begitu sedih hingga menangis seperti tadi istriku?”

“Yang membuat diriku sangat bersedih tak lain, karena ku tak mampu membela dirimu dihadapan mereka, ku hanya mampu berdiam diri saja. Peran sebagai seorang istri untuk menjaga nama baik suami dan menutupi aibnya, telah gagal ku laksanakan. Bukankah Allah SWT berfirman : mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka (Q.S Al-Baqarah : 187). Emosi telah meliputi diri, sehingga ku khawatir akan berkata yang bukan-bukan”

“Apakah dirimu setuju dengan pandangan mereka terhadapku?”

“Tentu saja tidak! Jika apa yang dilakukan olehmu salah selama ini, pastilah diriku akan memberitahukannya kepadamu. Kumerasa nyaman hidup denganmu. Dirimu adalah pakaianku wahai suamiku. Untuk itu sebelum menerima lamaranmu dahulu, pertanyaan-pertanyaan qalbu selalu kuhadirkan sebelumnya antara lain, pantas atau cocokkah dirimu menjadi pakaianku, cukupkah ukurannya dengan ukuran jiwaku, sesuaikah dengan seleraku.. dan ternyata match. Sekalipun begitu ku masih merasa kekurangan ilmu untuk membelamu dihadapan orang-orang yang berpandangan minor terhadapmu”
Selagi tangan kirinya menggenggam jemari Nova, tangan kanan Suga secara lembut membelai rambut Nova. Derai rambut yang selalu membuat orang sekitar penasaran bagaimanakah bentuknya. Sebab hanya Suga yang diberi akses oleh Nova untuk melihat dan membelainya, selain mahramnya tak ada satupun yang tahu, oleh karena Nova selalu menutup rapi dengan jilbabnya. Untaian kecupan kasih sayang mendarat manis dikening Nova. Malaikat-pun mengucapkan “subhanallah”, seolah iri kala melihat sepasang bibir yang senantiasa dibasahi oleh asma Allah berpadu rasa dengan kening yang selalu sujud menyembah pada-Nya.

...SEBAB HANYA SUGA YANG DIBERI AKSES OLEH NOVA UNTUK MELIHAT DAN MEMBELAINYA...

...MALAIKAT-PUN MENGUCAPKAN “SUBHANALLAH”, SEOLAH IRI KALA MELIHAT SEPASANG BIBIR YANG SENANTIASA DIBASAHI OLEH ASMA ALLAH BERPADU RASA DENGAN KENING YANG SELALU SUJUD MENYEMBAH PADA-NYA...

“Bismillah.. Untuk pertanyaan mereka yang mengklaim bahwa sebagai seorang rocker otomatis membuatku lalai dari mengingat Allah SWT, akan kujelaskan begini, jika kita sedang berbicara masalah mengingat Allah, tentunya kita sedang berbicara mengenai dzikirullah, dan apabila kita berbicara mengenai dzikirullah, sungguh bijak kiranya untuk kita memahami makna dzikirullah secara harfiah terlebih dahulu. Oleh para ulama dzikirullah berarti menghadirkan Allah SWT didalam benak kita, baik dengan atau tanpa pengucapan. Dari pengertian tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa apapun yang kita lakukan, selama suatu perbuatan tidak dilarang oleh syariat, dan atas perbuatan tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk beribadah atau bertaqarrub kepada Allah SWT dan selalu digenangi benak kita akan perasaan diawasi oleh Allah SWT, maka saat itu ketahuilah.. bahwa kita sedang melakukan dzikirullah. Diriku memahami ada sebagian orang awam yang menganggap bahwa pengertian dzikirullah adalah pengucapan asma-Nya melalui lisan secara berulang-ulang dan mengingat-Nya didalam pikiran. Hal tersebut tidak salah, namun tak sepenuhnya benar. Mengingat Allah melalui lisan hanya salah satu media untuk mengingat Allah, dan lazim disebut wirid”

“Jika begitu, bisa dikatakan dzikirullah memiliki berbagai cara?”

“Betul sekali. Contoh lain daripada media dzikirullah seperti sholat, mendengarkan al-qur’an dan lainnya. Sekarang kepadamu aku bertanya wahai istriku, jika diriku menjalani profesi rocker dengan niat untuk memenuhi kewajibanku dalam mencari ma’isyah, lalu tidaklah ku langkahkan kaki ini untuk tampil ditempat maksiat, saat tampil selalu kujaga pandanganku karena merasa Allah selalu mengawasiku dan 1,5 jam sehari kuhabiskan waktu untuk berlatih gitar dan mendengarkan kompleksitas dari nada-nada musik rock guna menghidupkan sel-sel otak kananku agar membuatku mampu meningkatkan intuisi dalam berpikir, memudahkanku menghafal ayat-ayat suci al-qur’an dan ilmu-ilmu bermanfaat lainnya serta membantu akalku menemukan solusi atas permasalahan umat, dan terlepas dari itu semua ternyata aku-pun tetap menjalani aktivitas sebagai seorang dai yang berdakwah dari satu masjid ke masjid lainnya dan dari satu halaqah ke halaqah lainnya. Apakah masih pantas diriku ini disebut sebagai orang yang lalai dari mengingat Allah? Innamal a’malu binniat..”

“Lalu dengan lirik lagunya itu lho? Mungkin saja mereka benar, mengapa tidak seperti lirik lagu nasyid yang selalu mengajak manusia untuk mengingat Allah?”

“Hee.. kamu lucu banget istriku.. jadi gemes..” Suga merasa ada yang menggelitik hatinya atas apa yang baru saja diucapkan Nova, karena tak mampu menahan rasa gemasnya, Suga jepitkan tangannya ke pipi Nova yang lumayan chubby. Nova menampakan ekspresi bingung sekaligus manja.

“Kamu lucu deh istriku.. Diriku paham bahwa dirimu memang sama sekali tidak menyukai musik rock dan doyan banget dengerin musik mellow seperti nasyid, tapi anehnya yang kamu nikahi kok justru seorang rocker ya hee.. kenapa sayang, terlalu tampankah diriku ini hingga kamu gak bisa berpikiran jernih lagi?” Suga coba menggoda Nova.

“Idih maunya..” Tangkis Nova. “Dulu tuh kenapa diriku mau karena kasian, abis nih orang kok kerjanya nyanyi teriak-teriak, ihh gak romantis amat nih orang, mana ada cewek yang mau, dan daripada gak laku, sini deh nikah sama diriku aja, itung-itung amal nolongin orang yang gak laku, gak tega abisnya hihi..”

“Hmm.. beneran nih.. dulu nikah niatnya gitu, bulan ramadhan lho ini, kali-kali aja yang barusan diomongin diijabah ama Allah”

tentu saja tidak suamiku, aku mau dinikahi olehmu karena sesuatu istimewa yang ada dihatimu, sesungguhnya Allah tidak melihat rupamu, luarmu atau penampilanmu tetapi Dia melihat pada hatimu, begitu kata Rasulullah

“Ih ada yang ngambek ya?” berbalik kini Nova yang menggoda Suga. “Tentu tidak dong sayang, masa’ sih niatnya begitu. Na’udzubillahimindzalik. Diriku ini mau menikah denganmu karena kutahu suamiku, engkaulah yang terbaik bagiku, dan maafkanlah istrimu ini yang dengan segala kedhaifan-nya belum mampu menjadi yang terbaik bagimu hingga saat ini” Suga tersentuh.

“Walaupun dengan ketawadhuanmu engkau mengatakan belum mampu menjadi yang terbaik bagiku wahai istriku, namun ketahuilah...” Suga meraih tangan Nova dan meletakkannya di dada Suga, lalu berkata, “insya Allah engkau kan selalu memiliki tempat yang istimewa di kerajaan hatiku”

Nova merasa terharu dan tersanjung. Wanita tersebut meneteskan air matanya.

“Aduh ada yang nangis lagi, ntar dulu dong sayang, kan diskusinya belum selesai nih.. gak malu tuh di liatin ama malaikat”

“Biarin aja.. ntar kalo Allah mengizinkan diriku untuk bertemu dengan-Nya di surga kelak, kan ku adukan kepada Allah tentang dirimu”

“Apa yang ingin engkau adukan wahai istriku?”

“Kan kukatakan kepada Allah, ya Allah lihatlah hamba lelaki-Mu ini, yang selalu membuat istrinya menangis karena ke-GR-an, untuk itu ya Allah hukumlah dia dengan tidak mengizinkannya keluar dari surgaku, agar aku bisa bersamanya dan memeluknya selama yang aku inginkan”

subhanallah Suga membatin.

“Aduh yang, kok sekarang jadi diriku yang GR ya?”

“Tuh kan.. rasain.. gantian GR nya..” Nova bercanda manja sembari mengekspresikan wajahnya cemberut laksana bayi yang berpura-pura menangis agar diberi perhatian, pelukan, dan ungkapan kasih sayang.

…YA ALLAH LIHATLAH HAMBA LELAKI-MU INI, YANG SELALU MEMBUAT ISTRINYA MENANGIS KARENA KE-GR-AN, UNTUK ITU YA ALLAH HUKUMLAH DIA DENGAN TIDAK MENGIZINKANNYA KELUAR DARI SURGAKU, AGAR AKU BISA BERSAMANYA DAN MEMELUKNYA SELAMA YANG AKU INGINKAN…
“Oke deh, kita lanjutin ya perihal nasyid tadi?” Tanya Suga, dan Nova mengiyakan.

“Rasulullah pernah bersabda, Bait syair paling bagus yang pernah diucapkan oleh orang-orang Arab adalah bait syair Labid, apa yang dimaksud dengan labid? yakni segala sesuatu selain Allah adalah batil, dengan kata lain sebaik-baiknya syair adalah yang tidak bertentangan dengan akidah. Untuk itu istriku, sebagai seorang penulis lagu, diriku memegang teguh aturan tersebut. Coba lihat lagu-lagu yang pernah kutulis, adakah yang bertentangan dengan akidah? Hee.. dirimu tidak akan mampu menjawabnya karena seperti kukatakan tadi, bahwa dirimu tidak menyukai musik rock sehingga keinginan untuk mendengarnya pun tidak ada, apalagi memperhatikan lirik lagunya secara seksama. Lirik lagu yang kubuat selalu mengandung pesan kebaikan Cuma kemasannya aja yang rock. Sekarang patut disepakati oleh kita semua, apakah yang dimaksud dengan musik nasyid? Apakah lagu yang berisi lirik yang mengajak kepada kebaikan atau musik dengan nuansa islami?”

…SEKARANG PATUT DISEPAKATI OLEH KITA SEMUA, APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN MUSIK NASYID? APAKAH LAGU YANG BERISI LIRIK YANG MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN ATAU MUSIK DENGAN NUANSA ISLAMI?...

Nova menjadi antusias, penjelasan seperti ini belum pernah dia dengar sebelumnya.

“Jika dikatakan bahwa nasyid merupakan jenis lagu yang liriknya mengajak pada kebaikan, maka lagu-laguku sudah bisa diberi predikat sebagai nasyid, sebab liriknya mengajak pada kebaikan, hanya saja kemasannya yang rock, dan jika nasyid diartikan sebagai musik bernuansa islami, acuannya apa? Apakah musik non-distorsi? Atau wajib pake gambus dan rebana? Jika memang demikian mana dalil yang membenarkannya? Bukankah ushul fiqh berkaitan dengan masalah mu’amallah ialah pada dasarnya segala sesuatu itu boleh dan halal bagi bani adam kecuali yang dilarang, pertanyaan berikutnya adalah.. adakah larangan untuk bermain musik rock, melalui dalil yang qath’i?”

Suasana semakin larut, tak terasa Nova telah lupa dengan kesedihan yang menimpanya beberapa waktu yang lalu.

“Dan yang terakhir nih istriku, perihal penampilanku yang sering hanya mengenakan jeans dan t-shirt. Itu merupakan salah satu strategiku untuk berdakwah” Nova ber-husnu dzan, dia yakin suaminya tidak asal bunyi.
“Jika mereka mempertanyakan kepadamu mengenai penampilanku, jawab saja bahwa dakwahku terinspirasi dari proses nuzul qur’an”

“Dimana korelasinya?”

“Coba tebak, kira-kira waktu Allah menurunkan al-qur’an kepada Jibril, Allah menggunakan bahasanya siapa?”

“Gak tau.. emang ada riwayatnya gitu?”

“Masya Allah sayang, kita berandai-andai saja”

“Oh okey.. Hm pake bahasanya siapa ya?” Nova masih memikirkannya.

“Tentu saja pake bahasanya Jibril dong. Gak mungkinkan Allah menyampaikannya dengan menggunakan bahasa Allah, ya gak bakalan ngerti Jibril. Begitu juga saat Jibril menyampaikan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, dengan menggunakan bahasa Nabi yaitu bahasa arab. Dari peristiwa tersebut diriku terinspirasi untuk berdakwah dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh objek dakwah. Bukankah objek dakwahku ialah anak muda yang awam? Agar mereka bisa mengerti dengan apa yang kusampaikan, untuk itulah diriku menggunakan celana jeans dan t-shirt, karena penampilan sendiri merupakan salah satu media untuk berkomunikasi. Tidak harus fil-lisan selalu. Dari penampilanku, kuingin mengkomunikasikan kepada mereka bahwa wahai kalian ketahuilah bahwa akupun sama seperti kalian, masih muda, gaul dan juga mengikuti perkembangan zaman, mau bukti lihatlah penampilanku, samakan dengan kalian? Tapi sekalipun begitu, ternyata hal tersebut tak menghalangiku untuk menjadi pemuda yang berusaha mendekati diri kepada Allah SWT, lalu mengapa kalian tidak? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menyentil mereka untuk berpikir dan berubah ke arah yang lebih baik. Bukankah manusia akan lebih gampang berubah jika dia merasa orang yang menasehati mereka adalah bagian daripada mereka? Nalar mereka akan kritis untuk bertanya, dia aja bisa kenapa aku tidak? Beda kalo diriku berpakaian layaknya ustadz kebanyakan, nalar mereka akan berkata, ya iyalah dia sih gampang aja berubah, kan dia ustadz. Diriku ingin mendakwahi mereka dengan menempatkan diri sebagai seorang teman bukan ustadz, dan apakah kelak pantas untuk menyandang gelar ustadz, kyai, atau syeikh sekalipun, biarlah Allah yang memutuskannya. Sampaikan dakwah kepada suatu kaum dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka, begitu kata Rasulullah”

…KARENA PENAMPILAN SENDIRI MERUPAKAN SALAH SATU MEDIA UNTUK BERKOMUNIKASI. TIDAK HARUS FIL-LISAN SELALU…

…BUKANKAH MANUSIA AKAN LEBIH GAMPANG BERUBAH JIKA DIA MERASA ORANG YANG MENASEHATI MEREKA ADALAH BAGIAN DARIPADA MEREKA?...

Nova tersenyum. Dia merasa puas dengan jawaban suaminya. Merasa untuk waktu yang akan datang dia lebih siap menghadapi dunia. Ber’azzam untuk menjadi seorang mujahidah dengan cara menyiapkan perbekalan fisik maupun batin bagi mujahid yang dicintainya yaitu Suga Keanberhm. Menegakan kepala karena yakin bisa membela kehormatan dan nama baik suami, semakin memantapkan diri bahwa pilihannya untuk menjadikan Suga sebagai imam sekaligus teman dalam suka dan duka dirasa tepat. Innalhamdalillah. Ikhtiarnya sempurna sedang istikharahnya barokah.

suamiku…imamku…ustadzku…mu
jahidku…sahabatku

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Baqarah : 228)

Note: Hah.. Indahnya pacaran setelah menikah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar