Selasa, 12 Januari 2010

Cerpen : Dari mana datangnya Tuhan…? Dari akal turun ke hati


Cerpen : Dari mana datangnya Tuhan…? Dari akal turun ke hati. Oleh : Erjie Al-Batamiy

“Setan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu bertanya, ‘Siapakah yang menciptakan demikian, siapakah yang menciptakan demikian?’ hingga bertanya, ‘Siapakah yang menciptakan Tuhan-mu?’. Jika hal ini sampai kepadamu, maka mintalah perlindungan kepada Allah dan berhentilah” (HR. Bukhari)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang was-was, maka beliau menjawab.
“Itulah keimanan yang sejati” (HR. Muslim)

***

Prof. Smith duduk santai sambil sesekali berbicara dengan para koleganya, para ahli fisika terbaik dunia. Selang beberapa waktu para koleganya pamit untuk istirahat sejenak, mengisi perut yang lapar, walau hati mereka kenyang sebab telah terpuaskan akan rasa senang dan lega karena telah berhasil menciptakan kembali partikel anti-materi sebanyak 10 nanogram, tidak sia-sia biaya puluhan juta dolar yang telah ditelan untuk memproduksi partikel tersebut pikir mereka.

Sementara Prof. Smith masih keasyikan dan belum ingin beranjak. Pemandangan dibalik kaca tembus pandang yang berada didepannya menjebak Prof. Smith sehingga tertawan pada imajinasi linearnya, kali ini sel-sel otak kanannya mulai bekerja, mengambil alih “shift” kerja sel-sel otak kirinya yang sedari tadi bekerja untuk menghasilkan sebuah karya berupa partikel anti-materi. Pemandangan anti-materi yang sedang “terperangkap” dalam tabung perangkap electromagnet begitu indah hingga sang professor tertegun. Partikel tersebut melayang-layang ditengah tabung, bagaikan gumpalan yang terombang-ambing dipermainkan oleh kutub electromagnet di masing-masing ujungnya.

Suasana kantor terasa lenggang, namun tiba-tiba terdengar suara-suara aneh, seperti kertas tengah dibolak-balik oleh seseorang. Prof. Smith penasaran, dia toleh ke kiri.. tak ada siapapun, lalu ke kanan,

Ohh..

Barulah Professor tahu, ternyata bukan hanya dia seorang yang saat ini tengah berada diruang tersebut, ada yang lainnya. Lelaki tersebut tengah asyik melakukan evaluasi atas eksperimen yang baru saja dilakukan oleh tim.

Lelaki tersebut baru sekitar sebulan bergabung di CERN (Conseil Européean pour la Recherche Nucléaire-Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir), Prof. Smith hanya tahu, tapi tidak terlalu mengenalnya. Mungkin salah satu faktornya ialah nama lelaki tersebut, selain unik dan tidak pernah terdengar ditelinga Prof. Smith, agak terasa janggal untuk dilafalkan oleh lidahnya yang lahir dan besar di Inggris.

Darra Adamkhel, nama lelaki tersebut. Sesuai dengan nama desa tempat dia berasal, merupakan kebanggan penduduk desanya karena satu-satunya putra desa yang berhasil mengenyam pendidikan hingga ke tingkat doktoral.

Wajah lelaki tersebut mengingatkan Prof. Smith pada mentornya sewaktu dia kuliah di Imperial College dulu. Wajah antara Prof. Abdus Salam yang merupakan mentornya dulu dengan lelaki tersebut menunjukan kalau keduanya berasal dari ras yang sama. Pakistan.

“Hai.. belum istirahat makan siang” sapa Prof. Smith.

Darra Adamkhel memberi jeda sejenak pada kerja evaluasinya. “Belum prof, tanggung.. belum terlalu lapar, mungkin setelah ini” sambil menunjuk pada kertas kerjanya.

“oh.. okey.. boleh saya bertanya sama kamu?”

Darra Adamkhel mengangguk.

“kamu berasal dari mana?? Tapi sebelum kamu menjawab, biar saya tebak dulu.. hmm.. kamu berasal dari Pakistan?”

“Tebakan anda benar prof”

“Ya.. ya.. wajah anda mengingatkan saya pada Prof. Abdus Salam, mentor saya dulu.”

“Benarkah Prof. Abdus Salam mentor anda? Wah saya sangat mengagumi beliau dan beliau adalah idola saya”

“Iya. Saya sangat ingat sekali dengan wajahnya, dengan kesederhanaannya, dengan kepeduliannya terhadap kemajuan sains di Negara-negara berkembang, tapi yang tidak mungkin saya lupakan adalah teori maha agung (grand unification theory) yang dikembangkannya. Teori tersebut menjadi dasar dan rujukan bagi para ahli fisika partikel saat ini, tak terkecuali saya. Karena teori tersebut merupakan standard model bagi fisika partikel. Manusia yang luar biasa.”

Darra kelihatannya setuju dengan opini yang dikemukan oleh Prof. Smith.

“Anda mempunyai basic di bidang apa? Maksud saya spesifikasi anda?” Tanya Professor pada Darra.

“Saya seorang ahli femtokimia. Saya dihubungi oleh pihak CERN untuk membantu mengamati pergerakan dari atom-atom anti-materi, mereka ingin mengetahui secara detil pergerakan atom-atom tersebut, sehingga hasil laporan saya atas pengamatan tersebut, kiranya mampu menguak selubung misteri dibidang fisika partikel pada umumnya, dan khususnya misteri pada partikel anti-materi, namun yang masih menjadi kendala terbesar adalah.. Untuk melakukan pengamatan tersebut perlu dipasang kamera laser pada tabung electromagnet, lalu bagaimana caranya? Huff.. kerja yang berat”

“Saya gak bisa kasi advice, karena anda ahlinya” Prof. Smith tersenyum kepada Darra.

Professor yang sangat rendah hati, Darra bergumam.

“Ada satu hal lagi yang membuat saya sedikit kagum dengan Prof. Abdus Salam.” Prof. Smith melanjutkan, “Sekalipun seorang fisikawan, tetapi dengan sangat yakin dia percaya bahwa alam ini ada yang menciptakan, dia percaya bahwa Tuhan itu ada, sungguh sulit untuk dipercaya. Bukankah sebagai seorang ilmuwan, para fisikawan dituntut untuk mengklaim suatu kebenaran berdasarkan nalar dan di aplikasikan dalam bentuk eksperimen? Tapi yang membuat saya heran, pernahkah mentor saya bereksperimen untuk membuktikan Tuhan itu ada? Darimana asalnya Tuhan? Siapa yang menciptakan Tuhan? Mungkinkah sesuatu yang ada berasal dari tidak ada??... Walaupun kini pertanyaan terakhir tersebut telah terjawab, bisa saja sesuatu yang ada berasal dari yang tidak ada,contohnya anti-materi ini” Prof. Smith memandangi tabung electromagnet berisi partikel anti-materi.

“Partikel yang berasal dari non-partikel, sebuah karya yang hebat, walau tetap tidak menjawab pertanyaan darimana datangnya Tuhan.” Helaan nafas Prof. Smith menciptakan sebuah tanya dibatinnya.

“Maaf.. anda seorang atheis prof?” Darra bertanya santun.

“Ya, bisa dibilang begitu, anda?” Prof. Smith balik bertanya, “Saya sama seperti mentor anda, saya percaya pada Tuhan” Darra meletakkan laporannya ke samping kursi.

“Ini hanya asumsi saya saja, tapi menurut saya Prof. Abdus Salam percaya kepada Tuhan, justru karena dia seorang fisikawan yang moderat dan telah melakukan eksperimen atas hal tersebut sebelum dia memvonis dengan yakin bahwa Tuhan itu ada”

“Benarkah?” Prof. Smith mulai memperhatikan serius pembicaraan Darra.

“Tapi Prof. Abdus Salam tidak pernah bereksperimen dengan matanya untuk melihat bahwa Tuhan itu ada. Dengan cerdas untuk membuktikan bahwa Tuhan itu ada, cukup beliau mencari ekses atau akibat dari perbuatan Tuhan, dan dari ekses tersebut bisa diketahui bahwa Tuhan itu eksis. Dia bereksperimen menggunakan mata akal dan mata hatinya. Lihat saja suatu contoh berikut, andaikan saja kita sedang berjalan menyusuri kaki gunung dan melihat ada magma menuju ke arah kita, masih perlukah kita bertanya bahwa gunung berapi itu ada? Masih perlukah kita bersusah payah untuk melihat langsung gunung berapi tersebut, hanya untuk membuktikan bahwa gunung tersebut ada? Adanya magma sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa gunung berapi itu ada.”

“Cukup menarik” respon Professor merendah.

“Mungkin saja suatu akibat, bisa ditimbulkan dari beberapa kemungkinan sebab, sehingga sebab bersifat relatif. Mungkin saja sebab A, B atau C. Untuk itulah kita sebagai ilmuwan melakukan eksperimentasi guna mengetahui sebab pasti atas suatu akibat. Sekarang kita ambil contoh mengenai anti-materi. Untuk menghasilkan 10 nanogram saja butuh waktu bertahun-tahun, sementara untuk menghasilkan 1 gram anti-materi memakan waktu 100 juta tahun, tapi lihatlah jumlah anti-materi yang terdapat pada saat terjadi peluruhan radioaktif atau sinar kosmik, luar biasa banyaknya, mungkinkah hal tersebut diciptakan oleh manusia? Tentu tidak!.. lalu siapa? Pasti oleh sesuatu yang mempunyai kemampuan yang luar biasa, dan tidaklah kemampuan tersebut pantas disandang kecuali oleh zat yang Maha Agung atau biasa disebut Tuhan. Hee.. sehingga kadang-kadang saya geli bila teringat teori evolusi ala Darwin, setelah saya mempelajari dan mendalami femtokimia, saya jadi tahu bahwa struktur atom itu luar biasa rumitnya, begitu juga dengan struktur DNA, bagaimana mungkin mahluk hidup bisa berubah secara genetis akibat terjadinya mutasi, benar-benar teori yang lucu. Seandainya saja Darwin masih hidup hingga saat ini, maka dia akan tahu bahwa dari teori yang dikemukannya tersebut, menunjukan bahwa dia seorang ilmuwan amatiran.”

“Anda cukup skeptis terhadap darwinisme, namun sebuah pemikiran yang bijak” Prof. Smith mulai kagum pada Darra. “Anda menyukai filsafat ala aristoteles?” Tanya Darra. “tidak terlalu” jawab Professor singkat.

“Dalam bukunya “Alpha Minor”, Aristoteles mengakui bahwa untuk mengetahui realitas bukanlah pekerjaan mudah, namun dia berkata : Sungguh rangkaian sebab dan akibat pasti ada titik awalnya. Pada titik awal ini, kita harus mendapatkan sesuatu yang merupakan suatu sebab yang bukan merupakan akibat sebab lain, dan Tuhan adalah titik mula dan penyebab rangkaian panjang sebab dan akibat yang dimaksud. Hm.. tampaknya kita sudah mulai menyentuh sedikit bidang Originologi(cabang ilmu yang mengkaji tentang sumber dasar segala sesuatu)”

“Baiklah, dari penjelasan anda saya, katakan saja bahwa Tuhan itu memang ada, bahwa semesta ini ada pencipta, tapi darimana datangnya pencipta itu? Darimana asalnya?”

“Prof. Smith, sebenarnya pertanyaan anda itu irrelevant. Contradictio in terminis.”

“Dimana letak kontradiksinya?”

“Coba anda perhatikan secara detil dan seksama pertanyaan anda, siapakah yang menciptakan pencipta? Pertanyaan ini kontradiktif, karena bagaimana mungkin suatu zat dapat dikategorikan sebagai pencipta jika dia sendiri diciptakan, justru karena tidak ada yang menciptakan zat tersebut, sehingga zat tersebut layak diklasifikasikan atau berpredikat sebagai pencipta, jika pencipta tersebut merupakan hasil ciptaan, maka dia disebut mahluk dan bukan merupakan pencipta sejati, namun karena Tuhan bukan merupakan akibat dari sebab apapun, maka dia berhak untuk menyandang predikat sebagai pencipta sejati, dan untuk pertanyaan anda sesungguhnya tidak memiliki jawaban, karena pertanyaan tersebut irrelevant, disebabkan anda belum mampu membedakan secara definitif perbedaan antara pencipta dan mahluk atau hasil ciptaan,.. tapi maaf prof, mungkin saya agak lancang, seakan mengkuliahi anda, sekali lagi saya minta maaf”

Beruntung Darra karena Prof. Smith adalah seorang yang rendah hati, pikirannya terbuka, mau menerima masukan atau pandangan dari siapa saja, tanpa memandang status akademisnya, karena dia menghargai kelebihan personal yang dimiliki oleh masing-masing individu. Tidak sedikit-pun riak ketersinggungan muncul di hati Prof. Smith, malah dia berterima kasih pada Darra.

“Pandangan yang cerdas dan logis untuk orang muda seperti kamu” Prof. Smith salut, “Sejujurnya dari penjelasan anda, saya merasa perlu sedikit mengkritisi pertanyaan-pertanyaan saya tadi, mungkin karena saya tidak terlalu menggemari filsafat dan nilai mata kuliah originologi saya dulu cuma “C”, tidak pernah saya ulangi, karena sekali lagi saya tidak terlalu tertarik dengan filsafat, yaa.. mungkin akan saya pikir-pikir lagi apakah akan tetap menjadi seorang atheis, dan mulai memikirkan tentang masalah ketuhanan. Baiklah ada baiknya sekarang kita istirahat dulu buat makan siang yang tertunda, kapan-kapan mungkin kita bisa berdiskusi lagi”

“Ide yang bagus Prof. Smith, namun saya ingin menyampaikan suatu kalimat bijak sebelum kita menutupi diskusi singkat ini, bahwa seorang ilmuwan yang arif akan memegang prinsip bahwa “Ilmu pengetahuan masih terlalu muda untuk mengerti maksud-maksud Tuhan, sehingga tidak perlu gegabah dalam menilai kemampuan Tuhan”

Nice.. Prof. Smith melafalkan dalam hati.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Surat An-Nahl:125)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar